Thursday, February 20, 2014

Ibu Hendak ke Bumi; Lagi

@ Bunda Belgis

" Nak..
Betul katamu..
Ternyata surga begitu indah
Sungguh sangat indah,hingga tak mampu aku lukiskan
bahkan aku tak mampu menuliskannya
meski hanya dalam sebait puisi
Di surga terlalu sejuk tak ada dusta
Di surga begitu hening tak ada dosa
Di surga terlalu indah tak ada hujatan
Di surga begitu damai tak terlihat penghianatan

Ah " Nak..
Rasanya ibu ingin terus berada di surga kita
ya surga ini yang telah kita miliki
Tapi ibu harus kembali lagi kebumi
Bumi yang telah menafkahiku dengan kucuran tangis
dan ribuan luka
Bumi yang telah menempaku menjadi manusia
sebab sakit perih telah ku punya

Bumi yang telah mengenalkanku pada dusta
Tipu muslihat dan kecurangan cinta
Tapi itulah kenyataannya yang tak mungkin di pungkiri
Ibu harus segera kembali ke bumi

Di surga ibu tak berpuisi,tak menghujat dan memaki
di surga begitu sempurna
Tapi ibu tetap ingin ke bumi
Sebab masih banyak tugas yang harus ibu kerjakan di bumi

Ibu harus menyiram ladang rindu
ibu harus memupuk kebencian
ibu harus membayar hutang
sebab karma karma yang sempat ibu tuliskan
belum terbacakan

Nak..
kau pilihlah
Ikut ke bumi apa ingin tetap di surga ini
Surga kita
Surga yang tak orang lain punya
Sebab surga ini memang milik kita
Maulidan.Duh anakku..
Bangunlah..!


@ Maulidan

Bu,, Serius!

Bunda Belgis

Duh, Bu.
Benarkah kau hendak ke bumi lagi?
Di bumi terlalu banyak perang yang kau dapati
Di bumi terlalu banyak kentang yang kau hidang
Di bumi sudah terlalu sulit tuk menebus hutang, Bu.

Duh, Bu.
Ke sini sebentar, diskusi ini harus kelar tanpa esok
kita turun; sembunyi dari Ridwan
di langit ke enam, Bu. Tempat di mana mentari terbenam

Duh, Bu.
Lagian di Bumi mana kau kan menggantung Anas?
Di bumi mana kau akan memenjarakan Nazarudin, Anggita Sari, Vitalia Shesya
dan Dewi Persik?

Duh, Bu. Maaf
Aku di sini saja,
Aku tahu kau hendak ke Bumi hanya gara-gara tak kebagian Bidadari,
Iya, kan?

Duh, Bu. Seriuslah!
Pikir-pikir lagi, lah
dapat surga itu susah

Pariaman yang Pusing, 18 Februari 2014 Masehi


/1/

tenanglah, Bu. 
malam nanti kau kan kudongengkan syair-syair Ridwan, nan teduh wajahnya, jernih sayapnya. Tenanglah, Bu. 
kan kusenandungkan nyanyian bidadari-bidadari manis ketika mandi di sungai madu, itu. 
Tenanglah, Bu. surat cinta Ayah untukmu; yang dipinjam Ridwan ketika menggoda Bidadari
kan ku baca sekeras-kerasnya, hingga kau tak perlu pekik lagi dalam rindu. 

Ibu, di sini sajalah. Ibukota takkan pernah seteduh, kau.

@ Bunda Belgis

tidak, Nak. 
kalau Ibu tetap di sini dan menghabiskan waktu untuk mendengar dongengmu, dan 
bila kita tetap di sini lalu "siapa yang akan berbuat dosa di bumi?"
"siapa yang bakalan menggunjing artis artis ibu kota?"
"siapa yang bakalan ngomongon Bu rt bila pas kumpulan arisan?"
"siapa yang bakalan ngusir kucing tetangga?" dan 
"siapa yang bakalan jahilin si janda Maimunah anaknya pak lurah, kalau bukan kau dan ibumu ini?"

Ibu tetap akan kembali ke bumi, sebab Ibu akan melunasi hutang piutang yang sempat membuat napas Ibu sekarat karena tagihan listrik yang meninggi,
belum lagi Ibu harus bayar spp adikmu, bahkan 
hutang jamu sama Mbak Pur belum ibu bayar,
jadi Ibu harus kembali ke bumi, sebab kalau menunggu mereka yang datang dan menagih ke sini itu tak mungkin,

"mereka tak tahu alamat kita dengan pasti, soalnya disini kita tak memiliki rt,rw, "dan di kecamatan mana,
ingat kita di surga loh Nak!. Dan 
juga jika Ibu di surga
 Ibu tak kan bisa berbuat dosa, Nah, kalau ibu tak berdosa "lalu apa nanti kerjanya malaikat?"
"mereka tak bisa laporan sama atasannya seberapa banyak dosa Ibu" dan 
"seberapa banyak kebaikan yang Ibu lakukan"

"bayangkan kalau sampai demikian lalu apa yang akan terjadi?"
biarkan malaikat itu tetap bekerja dan bertugas dengan kejujuran mereka, dan 
jangan sampai menjadi koruptor, sebab sudah begitu banyak koruptur yang kita miliki.  

No comments:

Post a Comment