@ Bunda Belgis
" Nak..
Betul katamu..
Ternyata surga begitu indah
Sungguh sangat indah,hingga tak mampu aku lukiskan
bahkan aku tak mampu menuliskannya
meski hanya dalam sebait puisi
Di surga terlalu sejuk tak ada dusta
Di surga begitu hening tak ada dosa
Di surga terlalu indah tak ada hujatan
Di surga begitu damai tak terlihat penghianatan
Ah " Nak..
Rasanya ibu ingin terus berada di surga kita
ya surga ini yang telah kita miliki
Tapi ibu harus kembali lagi kebumi
Bumi yang telah menafkahiku dengan kucuran tangis
dan ribuan luka
Bumi yang telah menempaku menjadi manusia
sebab sakit perih telah ku punya
Bumi yang telah mengenalkanku pada dusta
Tipu muslihat dan kecurangan cinta
Tapi itulah kenyataannya yang tak mungkin di pungkiri
Ibu harus segera kembali ke bumi
Di surga ibu tak berpuisi,tak menghujat dan memaki
di surga begitu sempurna
Tapi ibu tetap ingin ke bumi
Sebab masih banyak tugas yang harus ibu kerjakan di bumi
Ibu harus menyiram ladang rindu
ibu harus memupuk kebencian
ibu harus membayar hutang
sebab karma karma yang sempat ibu tuliskan
belum terbacakan
Nak..
kau pilihlah
Ikut ke bumi apa ingin tetap di surga ini
Surga kita
Surga yang tak orang lain punya
Sebab surga ini memang milik kita
Maulidan.Duh anakku..
Bangunlah..!
@ Maulidan
Bu,, Serius!
Bunda Belgis
Duh, Bu.
Benarkah kau hendak ke bumi lagi?
Di bumi terlalu banyak perang yang kau dapati
Di bumi terlalu banyak kentang yang kau hidang
Di bumi sudah terlalu sulit tuk menebus hutang, Bu.
Duh, Bu.
Ke sini sebentar, diskusi ini harus kelar tanpa esok
kita turun; sembunyi dari Ridwan
di langit ke enam, Bu. Tempat di mana mentari terbenam
Duh, Bu.
Lagian di Bumi mana kau kan menggantung Anas?
Di bumi mana kau akan memenjarakan Nazarudin, Anggita Sari, Vitalia Shesya
dan Dewi Persik?
Duh, Bu. Maaf
Aku di sini saja,
Aku tahu kau hendak ke Bumi hanya gara-gara tak kebagian Bidadari,
Iya, kan?
Duh, Bu. Seriuslah!
Pikir-pikir lagi, lah
dapat surga itu susah
Pariaman yang Pusing, 18 Februari 2014 Masehi
/1/
tenanglah,
Bu.
malam nanti kau kan kudongengkan syair-syair Ridwan, nan teduh
wajahnya, jernih sayapnya. Tenanglah, Bu.
kan kusenandungkan nyanyian
bidadari-bidadari manis ketika mandi di sungai madu, itu.
Tenanglah, Bu.
surat cinta Ayah untukmu; yang
dipinjam Ridwan ketika menggoda Bidadari
kan ku baca sekeras-kerasnya,
hingga kau tak perlu pekik lagi dalam rindu.
Ibu, di sini sajalah.
Ibukota takkan pernah seteduh, kau.
@ Bunda Belgis
tidak, Nak.
kalau Ibu tetap di sini dan menghabiskan waktu untuk mendengar dongengmu, dan
bila kita tetap di sini lalu "siapa yang akan berbuat dosa di bumi?"
"siapa
yang bakalan menggunjing artis artis ibu kota?"
"siapa yang bakalan
ngomongon Bu rt bila pas kumpulan
arisan?"
"siapa yang bakalan ngusir kucing tetangga?" dan
"siapa yang bakalan
jahilin si janda Maimunah anaknya pak lurah, kalau bukan kau dan ibumu
ini?"
Ibu tetap akan kembali ke bumi, sebab Ibu akan melunasi hutang
piutang yang sempat membuat napas Ibu sekarat karena tagihan listrik
yang meninggi,
belum lagi Ibu harus bayar spp adikmu, bahkan
hutang jamu
sama Mbak Pur belum ibu bayar,
jadi Ibu harus kembali ke bumi, sebab kalau
menunggu mereka yang datang dan menagih ke sini itu tak mungkin,
"mereka
tak tahu alamat kita dengan pasti, soalnya disini kita tak memiliki
rt,rw, "dan di kecamatan mana,
ingat kita di surga loh Nak!. Dan
juga jika Ibu di surga
Ibu tak kan bisa berbuat dosa, Nah, kalau ibu tak berdosa
"lalu apa nanti kerjanya malaikat?"
"mereka tak bisa laporan sama atasannya
seberapa banyak dosa Ibu" dan
"seberapa banyak kebaikan yang Ibu
lakukan"
"bayangkan kalau sampai demikian lalu apa yang akan
terjadi?"
biarkan malaikat itu tetap bekerja dan bertugas dengan kejujuran
mereka, dan
jangan sampai menjadi koruptor, sebab sudah begitu banyak
koruptur yang kita miliki.
No comments:
Post a Comment