Thursday, February 20, 2014

Puisi yang Berkomentar Ibu

La Ghalau

Bu, entah kenapa di malam yang semalam ini aku begitu ingin mendengarkan lagu Kangen Band nan syahdu di telinga pelajar SMP itu
lalu esoknya ku terbang ke Bandung untuk mencalonkan diri, bikin proposal untuk dapat dikenal sebagai ST Setia, dan larut
dalam rengek tangis Muhammad Charly van Hoten atas sepeninggalnya
Iman Rush, gitaris terkemuka itu.

segini dulu, Bu.
semoga jaringan internetmu bagus


/1/
Tidak Nak, Ibu tidak setuju dengan niat kamu untuk jadi penyanyi, dan terkenal seperti ST Setia, atau ST manapun.
Nak, apa kamu sudah lupa waktu terakhir kau bernyanyi di dapur saat membantu Ibu membuat pepes peda? 
Ibu engga mau lagi terulang kejadian itu, bukankah ketika kamu bernyanyi nenekmu langsung opname karena pingsan, lalu enam ayam tetangga mati dan Ibu harus menggantinya,
lalu si Mimi kucing si Linda gagal melahirkan, dan ada beberapa piring serta mangkok Ibu yang pecah, itu karena suaramu Nak..!

/2/
aih, si Ibu mah kelewatan jujur

/3/
Pokonya Ibu inda satujo titik..!

/4/
aih, Ibu mah ndak konsisten, nyebutin titik kok pake tanda seru

/5/
Biar saja itu memang gaya Ibu! Kamu cepat pulang robek saja proposal yang sudah terlanjur kau buat, saat ini Ibu butuh bantuanmu untuk menumbuk bumbu rendang, paham?

/6/
Bu, bukankah menumbuk rendang masih bisa dilakukan esok, ya di tahun 2089 Masehi juga masih bisa ku lakukan. Resepnya pun telah ku abadikan dalam file Microsoft Word 2003, berjudul Kado untuk Ibu, kau lupa? Oh, Bu. aku ingin bernyanyi riang, hingga galauku hilang.  

No comments:

Post a Comment