BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Negara
Indonesia merupakan sebuah Negara yang mengedepankan pendidikan karena
di nilai sangat penting untuk bekal para generasi muda di masa depan.
Berbagai macam lembaga pendidikan didirikan guna mewujudkan tujuan
pendidikan itu sendiri. Sebagaimana terdapat dalam UU RI no 2 Tahun 1989
tentang sistem pendidikan nasional Bab II Pasal 4, menyebutkan :
”Pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”( UU RI
no 2 Tahun 1989).
Pendidikan
yang diharapkan bisa menuntun manusia ke arah yang lebih baik, salah
satunya yaitu pendidikan agama yang secara umum bertujuan membimbing
anak didik agar menjadi muslim seutuhnya, memegang teguh keimanan dan
berakhlak mulia. Kiranya pendidikan agama diberikan sejak dini sebagai
bekal awal anak didik tersebut melangkah menuju kedewasaan.
S
1
etiap
orang tua muslim menyadari bahwa pada hakikatnya anak adalah amanat
Allah SWT yang dipercayakan (diamanatkan) kepada dirinya. Kesadaran para
orang tua muslim akan hakikat anak mereka sebagai amanat Allah SWT
sepantasnya ini ditanggapi dengan penuh tanggung jawab. Salah satunya
dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, karena masa anak-anak
merupakan masa perkembangan baik secara fisik maupun jiwa.
Menurut
Islam anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci, sedangkan alam
sekitarnyalah yang akan memberi corak warna terhadap nilai kehidupan
yang di jalaninya, maka sangat tepat jika sejak dini anak-anak dibekali
pengalaman religius untuk menyongsong masa depannya dengan harapan dalam
menjalani roda kehidupan senantiasa terbimbing dan dituntun oleh
ajaran-ajaran agama yang lurus. Pendidikan Islam sejak dini pada
anak-anak merupakan hal yang sangat penting agar anak nantinya tidak
terseret arus perbuatan yang menyesatkan serta dapat tumbuh menjadi
anak-anak yang memiliki akhlak sesuai dengan syariat Islam.
Sehubungan
dengan hakikat pendidikan yang meliputi penyelamatan fitrah Islamiah
anak, perkembangan potensi pikir anak, potensi rasa, potensi kerja,
dan sebagainya tentu tidak semua keluarga mampu menanganinya secara
keseluruhan mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki orang tua
misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan ilmu pengetahuan, dan
keterbatasan lainnya.
Oleh
karena itu, dalam batas-batas tertentu orang tua dapat menyerahkan
pendidikan anaknya kepada pihak luar baik kepada lembaga sekolah maupun
lembaga di lingkungan masyarakat seperti pesantren, majelis taklim, TPQ,
dan kursus-kursus serta lembaga lain di lingkungan masyarakat.
Pembinaan pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran Islam dilakukan
secara teratur dan disesuaikan dengan kebutuhan jiwa anak. Sebagai hal
yang paling mendasar dalam ajaran Islam adalah memahami al-Qur’an
sebagai mu’jizat Islam yang kekal dan sumber hukum Islam.
Tentunya
untuk memahami al-Qur’an terlebih dahulu harus bisa membaca al-Qur’an
dengan tepat dan benar. Untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan
al-Qur’an khususnya pendidikan baca tulis al-Qur’an membutuhkan
penanganan secara serius dan profesional.
Berangkat
dari paparan di atas maka bermunculan lembaga-lembaga pendidikan
al-Qur’an yang terus berkembang pesat guna mempermudah anak didik dalam
membaca al-Qur’an yang lebih kita kenal dengan Taman Pendidikan
Al-Qur’an (TPQ). Dalam TPQ sistem pengelolaan dilakukan secara
profesional yang mana terlihat dalam target dan tujuannya agar anak bisa
baca tulis al-Qur’an dengan baik dan benar dalam jangka waktu dua
tahun. Materipun disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak sehingga
menimbulkan motivasi anak untuk terus mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Metode-metode yang ditawarkan di TPQ lebih menekankan
keaktifan murid dan memberikan kesempatan pada setiap murid untuk
berkembang secara optimal sesuai kemampuannya sehingga memacu murid
untuk terus meningkatkan prestasinya.
Semakin
hari semakin banyak TPQ yang didirikan dan terus tumbuh subur di
tengah-tengah globalisasi yang juga terus melaju pesat. Ini artinya
semakin berpeluangnya Bangsa Indonesia dalam memberantas buta huruf
terhadap al-Qur’an. Dengan ini pula semakin menambah semangat perjuangan
umat Islam untuk terus menggali nilai-nilai Islam guna membentuk
pribadi-pribadi muslim yang tangguh.
TPQ dirasa cukup efektif untuk membantu pemahaman terhadap pendidikan agama anak.
Oleh karenanya peneliti tertarik untuk meneliti eksistensi TPQ yang ada di Desa Bakalan, dengan mengambil judul :
“PERAN SERTA TPQ AL-KAUTSAR DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK DI DESA BAKALAN-PURWOSARI-PASURUAN”.
- Rumusan Masalah
Rumusan
masalah diperlukan untuk mempermudah usaha pemecahan masalah yang
dihadapi, oleh karena itu rumusan masalah harus jelas.
Dengan melihat latar belakang masalah maka rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keadaan TPQ Al-Kautsar di Desa Bakalan-Purwosari-Pasuruan?
2. Apa peran serta TPQ Al-Kautsar di Desa Bakalan-Purwosari-Pasuruan dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak?
- Tujuan Penelitian
Dalam
setiap melakukan penelitian tentunya mempunyai tujuan yang jelas,
sehingga apa yang dicapai kelak diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Tujuan Penelitian ini adalah :
- Untuk mengetahui keadaan TPQ Al-Kautsar di Desa Bakalan-Purwosari- Pasuruan.
- Untuk mengetahui peran serta TPQ Al-Kautsar di Desa Bakalan-Purwosari-Pasuruan dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak.
- Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang kami lakukan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
- Memberikan gambaran dan informasi tentang peran serta TPQ Al-Kautsar di Desa Bakalan-Purwosari-Pasuruan dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak
- Menambah wawasan dan cara berpikir anak khususnya yang mengikuti pendidikan di TPQ.
- Pendidikan al-Qur’an bisa dipertahankan terus sebagai upaya menjaga dan memelihara kehormatan dan kesucian.
- Devinisi Operasional
Pengertian
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran Islam untuk anak usia 6-12 tahun, yang menjadikan santri
mampu membaca al-Qur’an dengan benar sesuai ilmu tajwid sebagai target
pokoknya (Idris, 1996 : 2).
Pengertian
pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani dan akal
berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam (Ihsan Dkk, 1998 : 17).
Anak
merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat
bagi perkembangannya. anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka
terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Anak
tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk
menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih
mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan
yang bersifat memaksa (Suryabrata, 2004 : 201).
- Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :
- Bagian Pendahuluan Skripsi
Bagian
Pendahuluan Skripsi yang berisi tentang halaman judul, surat
pernyataan, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, motto,
persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan
daftar lampiran.
- Bagian Isi terdiri dari :BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V:
:
:
:
:Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, devinisi operasional dan sistematika penulisan skripsi.Kajian teori yang membahas tentang Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) dan Pendidikan agama Islam.Metode Penelitian membahas tentang: metode penelitian, obyek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.Hasil penelitian dan pembahasan, membahas tentang data-data yang diperoleh selama penelitian dan disertai dengan pembahasannya.Penutup berisi tentang simpulan dan saran. - Bagian Akhir Skripsi
Berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
KAJIAN TEORI
- Taman Pendidikan Al-Qur’an
- Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Kemampuan
membaca al-Qur’an merupakan dasar bagi umat Islam untuk memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam, baik bagi dirinya sendiri
maupun untuk disampaikan kepada orang lain. Oleh
karena itu upaya peningkatan kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an
merupakan tuntutan yang harus dilaksanakan. Tuntutan masyarakat yang
menginginkan agar anak-anak mereka mampu mengenal dan memahami al-Qur’an
serta untuk menyiapkan generasi penerus yang mampu manghayati dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan, maka
lahirlah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).
Dalam buku “Petunjuk Teknis Dan Pedoman Pembinaan TK/TPQ” menyatakan:
“Pengertian
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran Islam untuk anak usia 6-12 tahun, yang menjadikan santri
mampu membaca al-Qur’an dengan benar sesuai ilmu tajwid sebagai target
pokoknya”(Idris, 1996 : 2).
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat disimpulkan pengertian Taman Pendidikan
Al-Qur’an (TPQ) adalah lembaga pendidikan nonformal yang merupakan
lembaga pendidikan baca al-Qur’an untuk usia SD (6-12 tahun).
L
8
embaga
ini penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat Islam yang ada di
wilayah tersebut. Pada dasarnya lembaga ini terbagi menjadi beberapa
kelas sesuai dengan tingkat umur, yaitu : - Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) untuk anak seusia TK (5-7 tahun)
- Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) untuk anak seusia SD kelas satu sampai tiga (7-9 tahun)
- Taman Bimbingan Islam dan Kreatifitas untuk anak yang berusia 10-12 tahun.
Untuk
membina agar anak mempunyai sifat-sifat terpuji yaitu dengan
pembiasaan-pembiasaan melakukan hal baik dan latihan akan membuat anak
cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
- Tujuan dan Target Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Kurikulum dan Pola Penyelenggaraan Pendidikan (KP3) Taman Pendidikan Al-Qur’an bertujuan :
- Menyiapkan para santri agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang Qur’ani, mencintai al-Qur’an sebagai pedoman dan pandangan hidup.
- Sebagai lingkungan pergaulan yang sehat dan Islami, hal ini penting bagi perkembangan jiwa anak, utamanya dalam proses sosialisasi.
- Secara lebih khusus mulai membekali para santri dengan kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan dan mengasah potensi kepemimpinan yang ada pada dirinya.
Sedang untuk mencapai tujuan di atas ditentukan target operasional yaitu :
Santri mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan Kaidah-Kaidah ilmu tajwid
Santri
mampu terbiasa melaksanakan shalat lima waktu serta terbiasa hidup
dengan adab-adab Islam sesuai dengan tingkat perkembangan jiwanya
Santri hafal do’a sehari-hari, mengerti cara menulis huruf-huruf al-Qur’an.
Santri mengenal dan memahami dasar-dasar berfikir kreatif dan teknik ketrampilan kepemimpinan sesuai dangan tingkatnya.
- Macam-macam Metode Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
Dalam Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) terdapat beberapa macam teori atau metode yang digunakan. Namun karena keterbatasan referensi, maka peneliti hanya akan memaparkan sedikit tentang metode Iqro’ dan metode Qiro’ati.
- Metode Iqro’
Metode
Iqro’ disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta
dan dikembangkan oleh AMM ( Angkatan Muda Masjid dan Musholla )
Yogyakarta dengan membuka TK Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an. Metode
Iqro’ semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah Munas
DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an dan metode Iqro’
sebagai program utama perjuangannya.
- Materi Pelajaran Iqro’
Metode
Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat
perhatian anak Taman Pendidikan Al-Qur'an. 5 sifat buku Iqro’ adalah :
- Bacaan langsung.
- CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
- Privat
- Modul
- Asistensi
Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’, antara lain :
TK Al-Qur'an
TP Al-Qur'an
Digunakan pada pengajian anak-anak di Masjid/Musholla
Menjadi materi dalam kursus baca tulis al-Qur'an
Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
Digunakan di majelis-majelis taklim
- Sistem Dan Metode Mengajar Iqro’
Sebagaimana disebut dalam buku “Petunjuk Teknis Dan Pedoman Pembinaan TK/TPQ”
bahwa sistem dan metode mengajar adalah klasikal dan privat dengan
pembagian waktu 10 menit pertama klasikal, 40 menit privat, dan 10 menit
terakhir klasikal.
-Dalam
tahap privat tiap kelas ditangani oleh beberapa guru dengan rasio
perbandingan seorang guru mengajar antara 3-6 santri. Siswa privat ini
adalah khusus untuk belajar membaca al-Qur’an dengan CBSA, artinya
santrilah yang aktif membaca buku pegangan, sedangkan guru hanya
mengawasi dan menyimak satu persatu secara bergantian antar santri serta
menilai hasilnya pada Kartu Prestasi Santri (KPS).
-Pada tahap klasikal, tiap kelas diajar oleh seorang guru dengan materi penunjang sesuai dengan program harian.
-Santri
dibagi dalam beberapa kelas sesuai dengan kelompok usia. Selanjutnya
setelah berjalan beberapa minggu dan tiap santri telah menunjukkan
prestasinya dalam membaca buku Iqro’, maka pengelompokan belajar santri
didasarkan pada persamaan jilid.
-Santri yang telah menyelesaikan paket buku Iqro’ dilanjutkan dengan tadarus al-Qur’an (Idris, 1996 : 4-5).
3) Evaluasi Hasil Belajar Iqro’
Evaluasi
hasil belajar biasanya dilakukan bersamaan dengan kenaikan tingkat atau
jilid. Dan ini dilaksanakan apabila santri telah menyelesaikan tiap
paket pelajaran. Evaluasi biasanya dilakukan pada saat:
-Selesai buku Iqro’ tiap jilid
-Selesai paket hafalan (bacaan shalat, do’a sehari-hari, surat-surat pendek dan ayat-ayat pilihan).
-Evaluasi dilakukan oleh kepala sekolah atau guru yang betul-betul fasih yang ditunjuk oleh kepala sekolah
-Hasil
evalusi harus ditulis dalam data prestasi santri. Santri baru naik
apabila dianggap mampu dan setelah benar-benar menguasai paket pelajaran
yang dievaluasikan (Idris, 1996:10)
Dan pada akhir dari periode kegiatan belajar akan dilakukan Munaqosah. Yang
dimaksud munaqosah adalah forum untuk menguji kemampuan santri yang
telah dianggap baik oleh lembaganya dalam rangka persiapan menghadapi
wisuda.
- Metode Qiro’ati
Metode baca al-Qur’an Qiro'ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi dari Semarang-Jawa Tengah. Qiro’ati bermakna “inilah bacaanku”
bacaan al-Qu’ran yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Metode
yang disebarkan sejak awal 1970-an ini memungkinkan anak-anak
mempelajari al-Qur’an secara cepat dan mudah. Ini dilatar belakangi oleh:
- Tidak puas dengan metode pengajaran al-Qur’an yang ada
- Banyaknya guru ngaji yang mengajarkan al-Qur’an dengan salah
- Menghendaki metode pengajaran al-Qur’an yang praktis.
KH.
Dachlan Salim Zarkasyi mulai mengajar al-Qur’an pada 1963. Kiai Dachlan
Salim Zarkasyi menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca
al-Qur’an untuk TK Al-Qur’an untuk anak usia 4-6 tahun pada l
Juli 1986. Pada tahun 1963, KH. Dachlan Salim Zarkasyi mendirikan
pendidikan al-Qur’an Roudhotul Mujawwidin dengan buku 10 jilid. Sampai
tahun 70-an buku ini diperbanyak dan digunakan di tempat-tempat
pengajian anak-anak di kampung-kampung atau Mushollah di sekitar kota
Semarang. Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan
berwasiat supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qiro'ati.
Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qiro'ati.
Wasiat
KH. Dachlan Salim Zarkasyi untuk para guru al-Qur’an khususnya pemakai
Qiro’ati. Guru ngaji harus melaksanakan 3 hal utama, yaitu :
- Guru ngaji harus sabar dan ikhlas
- Guru ngaji harus sering tahajjud
- Guru ngaji harus sering tadarus al-Qur’an
Adapun Amanah Qiro’ati untuk para guru :
- Jangan wariskan al-Qur’an yang salah karena yang benar itu mudah
-
Qiro’ati harus diajarkan oleh guru yang lulus tashih Qiro’ati,
karenanya yang belum lulus belum bisa mengajar, tapi harus ikut
pembinaan terlebih dahulu.
-
Semua guru harus lulus tashih, jika karena keadaan terpaksa TKQ/TPQ
berdiri dengan guru lulus hanya satu maka kepala TKQ/TPQ wajib membina
para guru sambil berjalan dan selanjutnya ditashihkan kembali sampai
guru lulus semua.
-
Penetapan kepala TKQ/TPQ ditentukan dari kemampuan bacaan al-Qur’annya.
Siapa yang lulus tebaik itulah kepala TKQ/TPQnya dan dialah yang
mendapat amanah KH. Dachlan Salim Zarkasyi.
-
Kepala TKQ/TPQ tidak ditunjuk oleh pengurs lembaga, sebab tujuan utama
berdirinya TKQ/TPQ Qiro’ati difokuskan pada musyafahah al-Qur’an bukan
manajemen sekolah saja.
- Materi Pelajaran Qiro’ati
Pada metode Qiro’ati materi yang diajarkan baik di TKQ/TPQ meliputi materi utama dan materi tambahan.
a. Materi Utama
Setiap
santri TKQ/TPQ sudah dianggap khatam pendidikan apabila telah
menyelesaikan seluruh materi utama dengan baik. Adapun materinya adalah :
- Buku Qiro’ati (sesuai paket masing-masing)
- Al-Qur’an 30 juz (diperkirakan khatam berkali-kali sambil menunggu yang lain selesai)
- Buku Gharib (antara bacaan dan tulisannya tidak sama) dan Musykilat (antara bacaan dan tulisannya sama)
- Pelajaran Ilmu Tajwid (ilmu yang mempelajari makharijul huruf)
- Materi Tambahan
Adapun materi tambahan Qiro’ati adalah sebagai berikut :
- Belajar menulis Arab
- Hafalan-hafalan surat pendek, bacaan sholat, hadits, do’a sehari-hari, dan lain-lain.
- Praktek ibadah
- Sistem Dan Metode Belajar Qiro’ati
Dalam
metode Qiro’ati, sistem metode yang dipakai menggunakan metode individu
dan metode klasikal. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
- Metode Individu
- Anak maju satu persatu atau dua-dua, dan guru menyimak bacaan anak
- Penilaian diperoleh saat maju
- Wajib dengan individu bagi anak yang masih jilid satu (usia TK)
- Metode Klasikal
- Guru menerangkan dengan menggunakan lembar peraga
- Murid latihan bersama dengan lembar peraga dan ditambah latihan di buku qiroati
- Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri (CBSA)
- Siswa membaca tanpa mengeja.
- Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat.
- Evaluasi hasil belajar
Evaluasi
hasil belajar ditandai dengan kenaikan jilid dan ini dilaksanakan
apabila santri telah menyelesaikan tiap paket pelajarannya. Biasanya
evaluasi dilakukan pada saat:
- Selesai buku Qiro’ati tiap jilid
- Evaluasi dilakukan oleh Kepala Sekolah, karena guru kelas tidak diperkenankan menaikkan jilid
- Santri baru naik apabila telah betul-betul mampu menguasai paket pelajaran yang dievaluasikan.
Setelah semua paket pelajaran yang terdiri dari tiap jilid buku
Qiro’ati, pelajaran ilmu tajwid, ghorib, dan khatam al-Qur’an (minimal 1
kali) berarti telah khatam pendidikan TKQ/TPQ tingkat dasar, dan berhak
mengikuti ujian terakhir dan berijazah. Setelah santri lulus dalam
ujian terakhir maka santri berhak mengikuti khataman.
- Pendidikan Agama Islam
- Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum
peneliti mengungkapkan tentang pendidikan agama Islam dan berbagai
aspeknya, terlebih dahulu peneliti menguraikan tentang difinisi
pendidikan itu sendiri. Seperti yang dipaparkan dalam buku “ Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan” Oleh M.Nur Syam Dkk, menyatakan bahwa:
“Makna
pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat
dan kebudayaan”. Dengan demikian bagaimanapun sederhananya peradaban
suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses
pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada
sepanjang peradaban umat manusia.
Adapun menurut DR. Ahmad Tafsir dalam bukunya : “Metodologi Pengajaran Agama Islam” mengemukakan :
“Pendidikan
adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya, mencakup kegiatan
pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru
(pendidik), mencakup pendidikan formal maupun nonformal serta informal.
Segi yang dibina oleh pendidikan adalah seluruh aspek kepribadian
(Tafsir, 2007 : 6).”
Dari pengertian pendidikan secara umum kita akan melangkah pada pengertian pendidikan agama Islam itu sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Drs. H. Hamdani ihsan, dkk dalam buku “Filsafat Pendidikan Islam”, menyatakan bahwa :
“Pendidikan
agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani dan akal berdasarkan
hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam” (Ihsan Dkk, 1998 : 17).
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam merupakan proses
bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal
peserta didik kearah terbentuknya pribadi muslim karena ajaran Islam
berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju
kesejahteraan hidup perorangan dan bersama.
- Dasar Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
- Dasar Pendidikan Agama Islam
Islam
merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
masyarakat melalui Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul. Islam pada
hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi,
tetapi mengenal berbagai segi dalam kehidupan manusia.
“Islam
adalah agama universal yang misinya adalah rahmat bagi semua penghuni
alam. Universalitas Islam dipahami sebagai ajaran yang mencakup semua
aspek kehidupan meliputi prinsip ajaran yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhan, sesamanya, dan lingkungan” (Taufik dkk, 2004 :
24).
Sejak
dilahirkan umat manusia telah diwarisi intuisi beragama dan intuisi
serba ingin tahu. Dalam perkembangannya kedua intuisisi ini
kadang-kadang menimbulkan benturan-benturan antara pikiran dan perasaan
yang mengakibatkan timbulnya pertentangan batin. Adapun wujud dari kedua
intuisi adalah akal dan budi. Dengan akalnya, orang akan memperoleh
ilmu pengetahuan sebagai bahan pertimbangan secara lahiriah. Dengan
budinya, orang akan memperoleh dasar pertimbangan yang mempunyai latar
belakang kebaikan dan kebajikan.
Penggunaan akal budi yang serasi akan menimbulkan sikap ajrih (takut) dan asih (sayang)
yang timbul dari dorongan batinnya dengan kesadaran hati nuraninya.
Ajrih dan asih adalah gambaran kehidupan iman yang menuju ke arah
kehidupan yang berdasarkan taqwa. Dan inilah gambaran dari insan kamil.
Inilah yang senantiasa berusaha menjaga hubungan baik antara manusia itu
sendiri dengan Allah dan antara sesamanya dengan alam sekitarnya.
Allah SWT telah mengisyaratkan dengan firman-Nya yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW. yaitu :
إِقْرأ بِسْمِ رَبِّكَ
الَّذِيْ خَلَقَ، خَلَقَ اْلإِنْسَانَ مِنْ عَلَق، إِقْرَاْ وَرَبُّكَ
اْلأَكْرَم الَّذِىْ عَلَّمَ بِاْلقَلَمِ، عَلَّمَ اْلإِنْسَانَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ .(العلق
Artinya :
“Bacalah
dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yag palinh Pemurah.
Yang mengajar manusia dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa-apa
yang belum diketahuinya” (QS. Al-‘Alaq : 1-5) (Depag RI, 1989 : 1.079).
Ayat
tersebut merupakan perkenalan dan petunjuk dari Allah SWT bahwa
pencipta segala sesuatu itu adalah Allah sendiri tanpa bantuan dari
selain-Nya. Manusia diciptakan dari segumpal darah melalui proses
pertumbuhan menurut hukum yang telah ditetapkan Allah SWT. Allah
menyatakan diri-Nya bahwa Dialah yang Maha Pemurah, sehingga bukan untuk
ditakuti apalagi dijauhi. Akan tetapi harus didekati dan diikuti segala
kehendak-Nya demi kepentingan dan kebaikan umat manusia sendiri. Dialah
Maha Pendidik Yang Bijaksana. Mendidik manusia dengan ilmu pengetahuan
dan dengan menulis dan membaca.
Ayat
tersebut sebagai petunjuk bahwa manusia harus bisa membaca dalam arti
yang sesungguhnya dan dalam arti majazi (kiasan). Arti sesungguhnya
adalah membaca apa yang ditulis berupa huruf, arti majazi adalah membaca
diri sendiri dan alam sekitarnya serta latar belakang dari keduanya.
Jadi yang dikehendaki Allah SWT adalah agar manusia mampu membaca apa
yang tersurat dan apa yang tersirat, hingga benar-benar mengenal dirinya
dan bertindak sesuai dengan pengenalannya itu.
Pendidikan
yang terkandung dalam ayat di atas juga mengakui adanya peranan manusia
dalam alam semesta. Karena itu, dengan akalnya manusia telah diberi
kesanggupan untuk memikirkan segala sesuatu untuk kepentingan hidup dan
kehidupannya, termasuk masalah pendidikan yang merupakan investasi bagi
perkembangan hidup. Dalam al-Qur’an, Allah sering memberikan
anjuran-anjuran yang keras agar manusia menggunakan akalnya secara
efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Di samping itu Allahpun
telah memperingatkan manusia dengan wahyu-Nya dalam al-Qur’an surat
Al-Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوااللهَ وَاْليَوْمَ اْلأخِرَ
وَذَكَرَاللهَ كَثِيْرا (الأحزاب : )
Artinya :
“Sesungguhnya
telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu, yakni
bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan
dia banyak menyebut nama Allah”
(Al-Ahzab : 21) (Depag RI, 1989 :336).
Jadi,
selain kita diharuskan mengikuti petunjuk dan perintah Allah, juga
diwajibkan mematuhi petunjuk dan perintah dengan mencontoh Rasulullah.
Sejalan dengan dasar pikiran di atas, Rasulullah telah memberikan
petunjuknya :
عن أبي هريرة رضي الله عنه : أنٌه كان يقولو قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مامن مولودإلايولدعلى الفطرة فأبواه يهودانه
وينصرانه ويمجسانه (رواه مسلم)
Artinya :
“Dari
Abu Hurairah RA, dia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tiap-tiap
anak tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan suci (fitrah), kemudian
orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR. Muslim) (Abdul Wahid, 2004 : 292)
Sabda Rasulullah SAW ini memberikan tekanan bahwa pendidikan itu pertama-tama dilaksanakan di lingkungan rumah tangga. Ibu
dan bapaknyalah yang menjadi guru pertama bagi anak-anaknya. Kedua
orang tuanya itulah yang akan menentukan hasil dari pendidikan
anak-anaknya, dan mereka bertanggung jawab atas hasil usaha mendidik
anaknya itu kepada Allah SWT, dan akan merasakan hasil jerih payahnya
itu. Lebih jelas lagi Rasulullah telah memperingatkan betapa pentingnya
untuk hari depan anak-anaknya, dengan sabdanya :
يا
أباذرلأن تغدوفتتعلم آية من كتاب الله خيرلك من أن تصلي مائة ركعة ولأن
تغدو فتتعلم بابا من العلم علم به اولم يعمل به خيرلك من أن تصلي الف ركعة (رواه إبن ماجة)
Artinya :
“Wahai Abu Dzar, apabila kamu pergi dan menuntut ilmu satu ayat saja dari al-Qur’an,itu
lebih baik dari pada sholat seribu rakaat, dan sungguh apabila kamu
menuntut ilmu satu bab yang kamu ketahui, baik diamalkan atau tidak,
lebih baik bagimu daripada sholat seribu rakaat” (HR.Ibnu Majjah) (Masan Dkk, 1994 : 142).
Jelasnya
Al-Qur’an dan Sunnah adalah dasar dan landasan bagi pendidikan Islam,
menjadi standar kebenaran bagi hasil pemikiran filosofis manusia untuk
diamalkan dalam kehidupan. Dasar-dasar tersebut tidak akan menyimpang
atau menyalahi hukum Negara yang mana hukum adanya pendidikan agama di
Indonesia terdapat di dalam Ketetapan MPR Nomor IV tahun 1973, yaitu
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bidang Agama dan
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berbunyi sebagai berikut:
“Diusahakan
bertambahnya sarana-sarana yang diperlukan bagi pengembangan kehidupan
keagamaan dan kehidupan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
termasuk pendidikan agama yang dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan
universitas-universitas negeri” (Tafsir, 2007 : 3).
Dasar-dasar
tersebut digunakan sebagai pedoman untuk mengarahkan pendidikan agama
Islam agar anak didik mempunyai bekal nilai-nilai yang luhur sebagaimana
yang terkandung dalam ajaran al-Qur’an dan Hadits.
- Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu
tujuan. Tujuan secara umum ialah tujuan yang akan di capai dengan semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang
lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan seperti sikap,
tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan.
Tujuan
yang hendak dicapai oleh pendidikan Islam menurut “Drs. H. Hamdani
Ihsan, Dkk dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” dijabarkan dalam 3
aspek, yaitu :
-
Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliknya. Semakin dekat dan
terpelihara hubungan dengan Khaliknya akan semakin tumbuh dan berkembang
keimanan seseorang dan semakin terbuka pulalah kesadaran akan
penerimaan ketaatan dan ketundukan kepada segala perintah dan
larangan-Nya, sehingga peluang untuk memperoleh kejayaan semakin
terbuka.
-
Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya, memelihara,
memperbaiki dan meningkatkan hubungan antara manusia dan lingkungan
merupakan upaya manusia yang harus senantiasa berkembang terus-menerus.
Di sinilah terjadi interaksi antara sesama manusia baik dengan muslim
maupun tidak, sehingga tampak betapa citra Islam dalam masyarakat yang
ditunjukkan oleh tingkah laku para pemeluknya.
-
Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua
hubungan itu dan mengaktifkan keduanya sejalan dan terjalin dalam diri
pribadi. Ini berarti upaya yang terus-menerus untuk mengenal dan
memperbaiki diri dalam mengaktualitaskan kedua aspek tersebut di atas
secara serasi, seimbang, dan selaras.
Perwujudan
ketiga aspek tujuan di atas dalam diri seseorang hanya di mungkinkan
dengan penguasaan ilmu, dan ilmu itu bisa di dapat dari pendidikan.
- Pembinaan Akhlak Dan Budi Pekerti Dalam Pendidikan Agama Islam
- Pembinaan Ahklak
Menurut Maimunah Hasan dalam buku “Membentuk Pribadi Muslim” menyatakan:
“Akhlak
berasal dari bahasa Arab khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat
atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara
etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat atau sistem
perilaku yang dibuat. Secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah
mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang
berbudi baik” (Hasan, 2002 : 3).
Berdasarkan
uraian diatas, jelaslah bahwa akhlak merupakan sifat yang melekat dalam
jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak
pertimbangan lagi. Akhlak seseorang merupakan sikap seseorang yang
dimanifestasikan kedalam perbuatan. Suatu sikap yang dimiliki seseorang
dapat dikatakan sebagai akhlak seseorang apabila hal itu sudah menjadi
kebiasaannya dan mudah dilakukannya. Misalnya seseorang yang pemurah
maka baginya memberikan sesuatu pada orang lain itu sudah hal yang
biasa, dalam memberi dia tidak akan banyak pertimbangan lagi.
Dalam
Islam disebutkan bahwa yang dimaksud dengan akhlak yang baik (Akhlakul
Karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan dan dimanifestasikan
nilai-nilai iman, islam dan ikhsan. Adapun contoh-contoh Akhlakul
Karimah sebagai berikut:
- Akhlak yang berhubungan dengan Allah, meliputi: Mentauhidkan Allah, taqwa, berdo’a, Dzikrullah dan tawakkal
- Akhlak diri sendiri, meliputi : sabar, syukur ,tawadhu’ (rendah hati, tidak sombong), benar, iffah (menahan diri dari melakukan yang terlarang), hilmun (menahan diri dari marah), amanah/jujur dan merasa cukup dengan apa yang ada
- Akhlak terhadap keluarga, meliputi : Birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua), adil terhadap saudara, membina dan mendidik keluarga
- Akhlak terhadap masyarakat, meliputi: toleransi, tenggang rasa, Ukhuwah/persaudaraan, ta’awun (tolong menolong), adil, pemurah, penyantun, pemaaf, menepati janji, musyawarah dan wasiat dalam kebenaran
- Akhlak terhadap alam, meliputi: memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam dan memanfaatkan alam (Maimunah Hasan, 2002 : 6-7).
Kehidupan
orang yang baik adalah yang dapat menyempurnakan akhlaknya sesuai
dengan akhlak yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
- Pembinaan Budi Pekerti
Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Budi berarti akal (sebagai alat batin
untuk menimbang baik buruk, benar tidak benar), tabiat, watak, akhlak,
perangai, kebaikan, perbuatan baik, daya upaya, ikhtiar (Poerwadarminta,
1976 : 158). Sedangkan Pekerti dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
berarti tabiat, watak, akhlak, perbuatan (Poerwadarminta, 1976 : 724)
Jadi,
pengertian budi pekerti adalah perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti
meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku. Sikap dan perilaku
budi pekerti mengandung lima jangkauan sebagai berikut :
- Sikap dan perilaku hubungannya dengan Tuhan.
Setiap
manusia Indonesia harus kenal, ingat, berdoa dan bertawakal kepada
Tuhannya. Dalam konteks ini pedoman akhlak tidak mungkin menyimpang dari
agama karena proses akhlak yang terjadi berdasarkan keyakinan.
- Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri.
Setiap
manusia mempunyai jati diri. Dengan jati diri seseorang mampu
menghargai dirinya sendiri karena ia mempunyai konsep diri yang positif.
- Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga.
Seseorang
tidak mungkin hidup tanpa lingkungan sosial yang terdekat dan yang
mendukung perkembangannya yaitu keluarga. Untuk itu, diperlukan suatu
penyesuaian diri yang baik dengan keluarga supaya dapat bertahan.
- Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa.
Sikap
dan perilaku ini sikap penyesuaian diri yang diperlukan terhadap
lingkungan yang lebih luas daripada sekedar keluarga. Lingkungan
merupakan tempat di mana ia dapat lebih mengekspresikan dirinya secara
lebih luas setelah ia dewasa.
- Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Seseorang
tidak mungkin bertahan hidup tanpa adanya dukungan kuat (sesuai,
serasi, dan tepat) seperti yang dibutuhkannya. Untuk itulah terdapat
aturan-aturan dan norma-norma yang harus dipatuhi demi menjaga
kelestarian dan keserasian antara hubungan manusia dan alam sekitarnya.
Sikap dan perilaku itu jelas, sikap dan perilaku yang membantu orang
untuk dapat hidup baik bersama Tuhan, diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan alam sekitarnya.
- Metode-Metode Pendidikan Anak Menurut Ajaran Islam
Dalam
menghadapi anak sikap yang paling bijaksana adalah jalan tengah,
artinya bukan sikap yang ekstrem, baik ekstrem menahan maupun ekstrem
memanjakan.
Jika
sekiranya pendidik (orang dewasa) memaksakan pendiriannya sendiri
dengan memakai kekerasan dan kekuasan oleh sebab dia lebih kuat, maka
anak itu akan mengalah dan tunduk kepada pendapat orang dewasa, sedang
kemauanmya sendira lenyap tak berkembang. Anak yang demikian itu
nantinya tidak akan punya inisiatif. Sebaliknya, jika anak itu dituruti
saja apa kehendaknya, atau dibiarkan saja sekehendaknya dangan maksud
untuk memghindarkan persengketaan antara dia dan orang dewasa, maka ini
hanya merupakan pengunduran saja dari persengketaan itu yang kelak akan
timbul lagu dengan lebih hebat. Sebab bagaimanapun juga anak harus
belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku, dia harus
belajar memberi tidak hanya menerima saja sebab dalam kehidupan bersama
itulah yang terjadi, yaitu take and give” (Suryabrata, 2004 : 203).
Agar
pendidikan terhadap perkembangan anak dapat berjalan dengan baik, maka
orang tua atau pendidik harus mempunyai metode atau pedoman pendidikan
yang berpengaruh dalam upaya mempersiapkan anak secara mental, moral,
spiritual dan sosial sehingga anak tersebut mampu meraih puncak
kesempurnaan, kedewasaan dan kematangan berpikir dan bertingkah laku.
Ada lima buah metode dalam mendidik anak, yaitu :
- Pendidikan dengan keteladanan
- Pendidikan dengan adat kebiasaan
- Pendidikan dengan nasihat
- Pendidikan dengan pengawasan
- Pendidikan dengan hukuman.
Adapun secara rinci, penjelasan metode pendidikan terhadap anak tersebut di atas adalah sebagai berikut:
- Pendidikan dengan Keteladanan
Keteladanan
dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode paling ampuh dan
efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secar moral, spiritual,
dan sosial. Sebab, seorangn pendidik merupakan contoh ideal dalam
pandangan anak, yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru.
Keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya anak didik. Semua
keteladanan akan melekat pada diri dan perasaan anak, baik dalam bentuk
ucapan, perbuatan, hal yang bersifat material, inderawi maupun
spiritual.
- Pendidikan dengan Adat Kebiasaan
Adat kebiasaan adalah salah satu metode pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-anak. Anak-anak
dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan
membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam keluarga,
di sekolah dan juga masyarakat. Pembiasaan yang baik penting artinya
bagi pembentukan watak anak, dan juga akan terus berpengaruh kepada anak
itu sampai hari tuanya.
- Pendidikan dengan Nasihat
Nasihat
sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakikat,
menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya tentang
prinsip-prinsip Islam.
- Pendidikan dengan Pengawasan
Maksud
pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya
membentuk aqidah dan moral, dan mengawasinya dalam mempersiapkannya
secara psikis dan sosial, dan menanyakan secara terus menerus tentang
keadaannya, baik dalam hal pendidikan jasmani maupun rohaninya.
- Pendidikan dengan Hukuman
Hukuman
dalam proses pendidikan dapat dikatakan sebagai penderitaan yang
diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh orang tua, guru dan
sebagainya sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.
Sebagai alat pendidikan hukuman hendaklah senantiasa merupakan jawaban
atas suatu pelanggaran, selalu bertujuan ke arah perbaikan, hukuman
hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
- Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif. Menurut
Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya "Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D” (2008 : 8) mendefinisikan: “Metodologi
Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati”. Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk mengkaji atau
membuktikan kebenaran suatu teori, tetapi teori yang sudah ada
dikembangkan dengan menggunakan data yang dikumpulkan. metode kualitatif
dimaksudkan oleh peneliti untuk memahami situasi sosial secara
mendalam.
- Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini, penetapan obyek penelitian sangat diperlukan.
Obyek penelitian yakni perihal yang akan diteliti. Adapun obyek
penelitian yang akan diteliti adalah TPQ Al-Kautsar Desa
Bakalan-Purwosari-Pasuruan yang menggunakan metode Qiro’ati, yang mana
selain pengajaran membaca dan menulis al-Qur’an juga memberikan
pelajaran materi tambahan yang terdiri dari belajar menulis Arab,
hafalan surat-surat pendek, hafalan bacaan sholat, hafalan hadits,
hafalan do’a sehari-hari, dan lain-lain serta Praktek ibadah.
32
- Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Dalam hal instrumen penelitian
kualitatif, menurut pendapat Nasution yang dikutip oleh Prof. Dr.
Sugiyono menyatakan:
"Dalam
penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. alasannya ialah bahwa segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. masalah, fokus
penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan
jelas sebelumnya.segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas
itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat
satu-satunya yang dapat mencapainya"(Sugiyono, 2008 : 223).
Berdasarkan paparan diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri.
- Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Pada
penelitian ini dalam proses pengumpulan data akan digunakan metode
observasi, wawancara dan Dokumentasi.
- Observasi
Observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian (Rachman, 1999 : 72).
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi
langsung. Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya
peristiwa, sehingga observer berada bersama obyek yang diselidiki
(Rachman 1999 : 77).
Teknik
observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap dan
memberikan gambaran tentang peran serta TPQ Al-Kautsar dalam upaya
meningkatkan pendidikan agama Islam anak di TPQ tersebut, yaitu dengan
mengamati secara langsung sikap dan perilaku anak serta pelaksanaan
kegiatan pembelajaran al-Qur’an yang dilakukan oleh pengasuh
(Ustadz/Ustadzah) TPQ Al-Kautsar.
- Wawancara
Wawancara
atau disebut juga interview adalah pertemuan dua orang atau lebih untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2008 : 231).
Wawancara
dipergunakan untuk memperoleh informasi atau data berupa ucapan,
pikiran, gagasan, perasaan, dan kesadaran sosial. Dengan wawancara
diharapkan informasi tentang peranan TPQ Al-Kautsar dalam upaya
meningkatkan pendidikan agama Islam anak dapat terungkap dan terekam
oleh peneliti secara cermat.
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa
pedoman wawancara yaitu instrumen yang berbentuk pertanyaan yang
diajukan secara langsung kepada informan di tempat penelitian.
- Studi Dokumentasi
Dokumentasi
diartikan sebagai teknik mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis seperti arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian (Rachman 1999 : 96). Metode dokumentasi digunakan
dalam penelitian ini adalah untuk mencari data-data mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan gambaran umum TPQ Al-Kautsar di desa
Bakalan-Purwosari-Pasuruan .
- Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh di lapangan berupa data kualitatif, dan metode yang digunakan adalah metode analisa data.
“Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, observasi, serta dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain” (Sugiyono, 2008 : 244).
Tahap-tahap analisis data yang dilakukan oleh peneliti di lapangan dapat diuraikan sebagai berikut :
- Pengumpulan data
Peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan interview di lapangan.
- Reduksi data (pemilihan data)
Data
yang telah terkumpul dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan
data. Data itu kemudian diorganisasikan untuk mendapat simpulan data
sebagai bahan penyajian data.
- Penyajian data
Selanjutnya data disajikan dalam uraian-uraian naratif yang disertai dengan bagan atau tabel yang memperjelas penyajian data.
- Penarikan kesimpulan
Setelah melalui dua tahap tersebut di atas, maka dilakukan penarikan kesimpulan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Keadaan Umum Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
- Sejarah Berdirinya Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Berdirinya
Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar dilatarbelakangi adanya keinginan
dan kesadaran dari tokoh masyarakat di Desa Bakalan yaitu, Bapak Hazmul
Ulum dan Ibu Aisyah untuk turut serta dalam memajukan pendidikan agama
bagi anak-anak yaitu yang dimulai dari pengajaran membaca al-Qur’an.
Mereka mengemukakan bahwa pengajaran membaca al-Qur’an haruslah mendapat
prioritas yang pertama diajarkan kepada anak. Lisan yang sudah mampu
membaca al-Qur’an dan menjadikan al-Qur’an sebagai bacaan sehari-hari,
secara otomatis aqidah mengalir dan tertanam kokoh dalam qolbunya. Maka
timbullah gagasan dari Bapak Hazmul Ulum dan Ibu Aisyah untuk
mendirikan lembaga pendidikan baca tulis al-Qur’an.
P
37
ada
kesempatan pengajian rutin setiap malam Jum’at pada tahun 1999 gagasan
itu disampaikan kepada warga masyarakat Bakalan dan langsung mendapat
tanggapan positif. Akhirnya mulailah dirintis Taman Pendidikan
Al-Qur’an yang mengambil tempat di rumahnya Ibu Aisyah. Untuk memberi
identitas terhadap Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang baru dibentuk
maka diberi nama “Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar”. Pada awalnya
hanya anak-anak yang terbiasa mengaji di mushollah itu saja yang
mengikuti pendidikan secara rutin, namun lambat laun berkembang ke
mushollah-mushollah lain dan akhirnya hampir seluruh anak di wilayah
Desa Bakalan mengikuti pendidikan di TPQ Al-Kautsar. - Identitas Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Berikut
identitas lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar di bawah
naungan Koordinator Pendidikan Al-Qur’an Metode Qiro’ati Kecamatan
Purwosari :
Nama TPQ : Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar
No. Induk : 01.05.19.009
Kepala TPQ : Ibu Aisyah
Alamat : Bakalan-Purwosari-Pasuruan
Tgl. Berdiri : 04 Agustus 1999
Waktu Belajar : - 03.00 s/d 04.00
- 04.00 s/d 05.00
Libur Dalam Sepekan : Hari Kamis
Khotaman Santri :
- Khotam ke-IIIIIIIVVVIVIITahun2003200420052006200720082009
Sumber Data : Buku Pegangan Lembaga TPQ Al-Kautsar-Bakalan-Purwosari-Pasuruan
- Tujuan Dan Target Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Tujuan didirikannya Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar adalah:
- Menjadikan anak (santri) agar tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang Qur’ani dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya.
- Menjadikan anak sebagai generasi yang berakhlak (berakhlak baik).
Untuk mencapai tujuan di atas ditentukan target operasional yaitu:
- Anak (santri) mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid.
-
Santri mampu terbiasa melaksanakan shalat lima waktu serta terbiasa
hidup berdasarkan adab-adab Islam sesuai dengan tingkat perkembangan
jiwanya.
- Santri hafal do’a sehari-hari dan mengerti cara menulis huruf-huruf al-Qur’an.
- Kepengurusan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Sejak
berdirinya, kepengurusan Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar sudah
mengalami beberapa pergantian pengurus. Sampai sekarang secara
struktural Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar dikelola oleh :
Pelindung : Bapak Hazmul Ulum
Kepala TPQ : Ibu Aisyah
Sekretaris : Ibu Lailah Alfiyah
Bendahara : Ibu Elisa Hardi
- Keadaan Ustadz/Ustadzah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Tenaga
pengajar merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan
dalam mendirikan dan melaksanakan pembelajaran di lembaga pendidikan
al-Qur’an. Oleh karena itu kehadiran, partisipasi dan kepedulian mereka
terhadap terlaksananya kegiatan belajar mengajar sangat menunjang
sekali. Untuk mengetahui secara jelas keberadaan Ustadz/Ustadzah Taman
Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar, maka akan diperinci sebagai berikut :
TABEL I
DATA USTADZ/USTADZAH
TPQ AL-KAUTSAR BAKALAN PURWOSARI
TAHUN AJARAN 2009/2010
- NoNama
L/P
Nomor SyahadahPendidikan TerakhirJabatan Jilid/Kelas1AisyahPS.1422.01.09.947PesantrenKepala TPQ2Sa’adahPS.1424.01.08.817Pesantren1 dan 23Ni’matul HusnaPS.1424.01.08.816Pesantren44SusilowatiPS.1427.01.08.3059SMPGhorib+Tajwid
5Nurul HidayatiPS.1425.01.08.1311Pesantren5 dan 66Lailah AlfiyahPS.1427.01.08.3042MANJuz 277Elisa HardiPS.1427.01.08.3057SMA3 dan 48Ida RoyaniPS.1427.01.08.3056SMA2 dan 3
Sumber Data: Buku Pegangan Lembaga TPQ Al-Kautsar-Bakalan Purwosari-Pasuruan
- Keadaan Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Kehadiran
santri dalam sebuah lembaga pendidikan al-Qur’an sangatlah penting
karena tanpa adanya santri maka proses belajar mengajar tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Jumlah santri secara keseluruhan yang
tercatat dalam Buku Daftar Induk di Taman Pendidikan Al-Qur’an
Al-Kautsar di Desa Bakalan sejumlah 118 santri, ini tidak termasuk data
santri yang telah diwisuda. perinciannya dapat dilihat pada tabel
berikut :
TABEL II
DATA SANTRI
TPQ AL – KAUTSAR BAKALAN PURWOSARI
TAHUN AJARAN 2009/2010
- NoJilid / KelasPutraPutriJumlah1Pra TK512172Jilid 11-13Jilid 298174Jilid 3179265Jilid 4914236Jilid 55497Juz 272358Jilid 65169Al-Qur’an-2210Ghorib18911Tajwid-3312Finishing---Jumlah5464118
Sumber data : Buku Pegangan Lembaga TPQ Al-Kautsar-Bakalan-Purwosari-Pasuruan
- Sarana Dan Prasarana Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Sarana
dan prasarana merupakan salah satu komponen pendidikan yang harus
dipenuhi, seperti juga di TPQ Al-Kautsar. Beberapa dari sarana dan
prasarana TPQ Al-Kautsar berikut ini :
- Gedung Swadaya Masyarakat
Gedung
ini merupakan partisipasi dari masyarakat setempat dan para wali
santri. Dikatakan swadaya masyarakat karena gedung ini dibangun oleh
masyarakat setempat sendiri baik secara tenaga maupun materi. Gedung ini
bisa dijadikan kurang lebih 5 kelas sesuai dengan jumlah santri yang
hadir (masuk).
- Almari memiliki 1 buah
Tempat penyimpanan arsip-arsip penting lembaga.
- Peraga 7 buah
Peraga berisi kumpulan materi ajar dalam tiap jilid yang digunakan untuk belajar secara klasikal.
- Papan Tulis 4 buah
Tidak semua kelas menggunakan papan tulis karena sudah ada peraga sebagai sarana belajar.
- Dampar atau Alas Tulis 30 buah
Dampar di sini digunakan sebagai alas tulis dan menaruh kitab santri. Satu dampar bisa dipakai dua sampai tiga santri sekaligus.
- Sound System 2 set
Sound system ini digunakan bilamana ada kelas besar dan bila ada pertamuan wali santri.
- Metode Pendidikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Dalam
mendidik / membina anak (santri) metode pembinaan yang digunakan adalah
secara klasikal dan juga secara perorangan (privat). Metode klasikal
yaitu membimbing anak (santri) secara kelompok berdasarkan pembagian
kelas. Metode ini dilakukan pada waktu kegiatan belajar mengajar
khususnya dalam penyampaian materi-materi tambahan. Dengan cara
Ustadz/Ustadzah memimpin satu kelas untuk menyampaikan materi pelajaran
kepada para santri. Metode ini dilakukan misalnya
pada saat Ustadz/Ustadzah menyampaikan materi hafalan do’a sehari-hari
dan hafalan bacaan sholat. Pada awal penyampaiannya, Ustadz/Ustadzah
menunjuk seorang santri untuk tampil ke depan kelas untuk memimpin
membacakan materi hafalan dan ditirukan oleh teman-temannya, kemudian
Ustadz/Ustadzah mengajak para santri menghafal materi-materi tersebut,
diulang-ulang sampai santri benar-benar hafal dan fasih. Penguasaan
santri terhadap materi yang diklasikalkan tersebut dicek (dievaluasi)
oleh Ustadz/Ustadzah secara individual (satu persatu). Selain itu
metode bimbingan kelompok juga dilakukan misalnya ada sekelompok atau
beberapa anak yang telah melakukan kesalahan. Bimbingan ini dapat
berupa nasihat tentang bagaimana bersikap dan bertingkah laku yang baik
atau juga dapat berupa hukuman (sanksi). Hukuman atau sanksi yang
berlaku di TPQ Al-Kautsar yaitu dalam bentuk menghafal do’a-do’a atau
disuruh menyapu.
Sedangkan
metode bimbingan perorangan (privat) yaitu membimbing anak secara
perseorangan. Metode ini dilakukan dalam penyampaian materi pokok, yang
merupakan waktu untuk belajar membaca al-Qur’an. Dalam tahap privat ini,
masing-masing Ustadz/Ustadzah megajar para santri secara bergantian
satu persatu dengan prinsip CBSA, artinya santrilah yang aktif membaca
buku pegangan sedangkan guru hanya mengawasi dan menyimak bacaan santri
satu persatu, serta menegurnya sewaktu ada kesalahan.
Selain
itu metode bimbingan perseorangan (privat) dilakukan bila ada
permasalahan yang bersifat pribadi. Seperti diungkapkan Oleh Ibu Aisyah :
“Metode
perseorangan dilakukan ketika ada anak yang mengalami permasalahan
kesulitan menguasai materi pelajaran sedangkan anak lain sudah bisa” (wawancara tgl.04 Januari 2010, di kantor TPQ Al-Kautsar).
Hal ini dilakukan agar anak tersebut tidak malu kepada teman-temannya.
Dengan
metode perseorangan, maka jarak antara pengasuh (Ustadz/ Ustadzah) dan
anak (santri) makin dekat. Metode ini diberikan dalam bentuk
nasihat-nasihat terhadap anak.
- Kegiatan Belajar Mengajar Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Kautsar
Menurut
keterangan Kepala TPQ Al-Kautsar Ibu Aisyah, karena keterbatasan tenaga
dan waktu maka dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar santri
mendapat kesempatan belajar selama satu jam setiap harinya kecuali hari
kamis libur. Sedangkan jadwal kegiatan belajar mengajar berdasarkan
alokasi waktu adalah sebagai berikut :
Kelas A : Mulai pukul 15.00-16.00.
Kelas B : Mulai pukul 16.00-17.00.
Sebelum
dimulai pendidikan, santri terlebih dahulu diadakan penjajagan untuk
mengetahui tingkat kemampuan penguasaan terhadap materi pendidikan.
Dari pengamatan dijumpai dalam satu kelas tingkat belajarnya tidak sama.
Misalnya pada kelas A jilid 2 ada yang mempelajari halaman 11 dan ada
pula yang mempelajari halaman 6 maupun 3 dalam waktu yang sama.
Bila
ada santri yang dipandang telah menguasai materi dengan benar, mereka
diberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya dengan terlebih
dahulu menyodorkan kartu prestasi untuk ditandatangani oleh Ustadz
maupun Ustadzahnya. Bagi anak yang belum menguasai benar, masih tetap
belajar pada tingkatnya sampai anak (santri) tersebut bisa dengan benar.
Pada
akhir tahun ajaran dimana santri telah selesai dan dapat membaca
al-Qur’an, ghorib, tajwid dan materi tambahan dengan benar maka diadakan
khataman atau wisuda santri.
Selain
kegiatan yang dilakukan secara rutin setiap harinya, di TPQ Al-Kautsar
juga selalu mengadakan Pengajian Akbar (ceramah keagamaan) yang sifatnya
umum dalam rangka memperingati Maulud Nabi Besar Muhammad SAW ataupun
peringatan Isra’ Mi’raj.
- Peran Serta TPQ Al-Kautsar Dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Anak
Berdasarkan
penelitian yang peneliti lakukan di Taman Pendidikan Al-Qur’an
Al-Kautsar, menjadikan anak memiliki akhlak yang baik dengan berpegang
teguh pada ajaran Islam adalah merupakan salah satu tujuan dari
didirikannya Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar. Maka dari itu
pembinaan akhlak anak sangat diutamakan. Pembinaan akhlak anak dilakukan
dengan memberikan bimbingan keagamaan secara intensif terhadap anak
(santri). Ibu Aisyah selaku pengasuh TPQ mengatakan bahwa :
“Pembinaan
akhlak dilakukan sekaligus dalam pembinaan agama. Hal ini karena
pembinaan keagamaan bertujuan mengarahkan anak, sehingga anak
diharapkan mempunyai pandangan hidup, sikap dan dapat bertingkah laku
secara Islami, sehingga perbuatannya berasaskan amal saleh” (wawancara tgl.04 Januari 2010, di Kantor TPQ Al-Kautsar).
Dalam
rangka Peningkatan pendidikan agama Islam anak dalam pembinaan akhlak
yang dilakukan di Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar terdapat
beberapa hal-hal sebagai berikut :
- Materi Pelajaran
Dalam Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar materi pembinaan yang diberikan meliputi:
- Materi Pokok
Materi
pokok yang diajarkan adalah kemampuan membaca al-Qur’an yang dimulai
dengan jilid 1 sampai 6, al-Qur’an, ghorib dan tajwid. Sekalipun setiap
muslim wajib iman kepada semua Kitabullah, tetapi seorang muslim
hendaknya hati-hati karena hanya Kitabullah Al-Qur’an yang dijamin
kemurniannya. Dengan keyakinan tersebut betapa penting peranan orang
tua dalam menjembatani anaknya untuk dapat membaca, memahami, dan
menghayati kandungan al-Qur’an yang terdiri dari :
- Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir, Qodho dan Qodhar.
- Prinsip-prinsip syari’ah yaitu tentang ibadah (shalat, zakat, puasa, haji).
- Janji dan ancaman, seperti janji orang yang baik, dan ancaman bagi orang-orang yang berbuat dosa.
- Sejarah, seperti sejarah Nabi, bangsa-bangsa terdahulu, dan masyarakat terdahulu.
- Ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Materi Tambahan
Selain
dituntut berkemampuan membaca al-Qur’an, anak (santri) dibimbing pula
dengan materi tambahan yang berfungsi sebagai bekal amalan dan ibadah.
Materi-materi tersebut adalah Belajar menulis Arab, hafalan surat-surat
pendek, hafalan bacaan shalat, hafalan Hadits, hafalan do’a sehari-hari,
Praktek ibadah, dan lain-lain. Meskipun sebagai materi tambahan, namun
dalam penyampaiannya termasuk diprioritaskan khususnya dalam rangka
pembinaan akhlak anak. Materi tambahan lain yang cukup diprioritaskan
dalam pembinaan akhlak adalah hafalan bacaan shalat dan hafalan do’a
sehari-hari.
- Hafalan Bacaan Shalat
Hafalan
bacaan shalat ini dalam penyampaiannya diprioritaskan karena shalat
dalam ajaran Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini
terlihat dari pernyataan yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul,
yaitu:
- Shalat merupakan ciri penting dari orang yang taqwa sebagaimana firman Allah SWT (Q.S. Al-Baqarah (2) : 3).
- Shalat merupakan ciri dari orang yang berbahagia (Q.S. Al-Mu’minun (23) : 1-2)
- Shalat mempunyai peranan untuk menjauhkan diri dari pekerjaan jahat dan munkar (Q.S. Al-Ankabut (29) : 45).
- Shalat dinilai sebagai tiang agama (Hadits Nabi SAW).
- Shalat merupakan kewajiban yang paling pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (Peristiwa Isra’ Miraj).
Setelah
hafal bacaan shalat diharapkan santri bisa melaksanakannya walaupun
belum memenuhi syarat dan rukun-rukunnya. Semua umat Islam telah
meyakini bahwa shalat adalah kewajiban yang harus dijalankan dalam
rangka mendekatkan diri dengan Allah. Dari shalat dapat kita ambil
hikmahnya agar kita berbuat disiplin baik waktu maupun tata caranya.
Kedisiplinan ini harus diajarkan pada anak-anak kita dengan memberinya
pembiasaan-pembiasaan yang sesuai norma dan kaidah agama.
Pada
TPQ Al-Kautsar anak dididik dan dilatih untuk melakukan shalat dan
membaca al-Qur’an agar pada diri anak tertanam rasa disiplin yang
bertanggung jawab. Untuk menanamkan kedisiplinan, setiap waktu shalat
maghrib tiba, anak-anak diwajibkan melaksanakan jama’ah shalat Maghrib
dengan diperhatikan tata cara dan sebelumnya diperhatikan urutan
berwudlunya.
- Hafalan Do’a Sehari-hari
Diharapkan
dengan hafalan doa harian, santri akan terdorong untuk bisa hidup dalam
suasana Islami. Untuk itu doa-doa ini tidak hanya dihafalkan tetapi
langsung dipraktekkan dalam kehidupan nyata dibawah bimbingan
Ustadz/Ustadzah dan orang tuanya.
Do’a-do’a
yang dimaksud antara lain: Do’a kebaikan dunia akhirat, do’a untuk Ibu
Bapak, do’a akan tidur dan sehabis tidur, do’a makan dan sehabis makan,
do’a masuk dan keluar kamar kecil, do’a usai adzan dan do’a selesai
wudlu,dan lain-lain. Dengan menghafal do’a-do’a tersebut anak akan
terbiasa hidup disiplin, setia, hormat, cinta damai, peka, baik hati dan
tidak egois.
Menurut pengasuh Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar yang kami wawancarai, yaitu Ibu Aisyah menyatakan bahwa:
“Upaya
peningkatan pendidikan agama Islam anak dalam pembinaan akhlak ini
tidak akan berhasil jika orang tua tidak ikut membimbing dan membantunya”. (wawancara tgl.04 Januari 2010, di Kantor TPQ Al-Kautsar).
Untuk
itu kepada orang tua agar selalu membimbing dan mengawasi perilaku
anak-anaknya dengan cara melatih serta membiasakan anak-anak untuk
selalu mempraktekkan do’a-do’a tersebut di atas dalam kehidupan
sehari-hari.
TPQ
sebagai lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai peran utama
mengajarkan kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an juga sangat berperan
bagi pendidikan agama Islam anak seperti pengetahuan tentang ibadah,
aqidah, dan akhlak. Mengingat bahwa materi yang diajarkan tidak hanya
terpaku pada materi baca tulis al-Qur’an melainkan juga memberikan
materi tentang ibadah, aqidah, dan akhlak yang bertujuan mempersiapkan
peserta didik menjadi pribadi yang Qur’ani dan menjadikan al-Qur’an
sebagai pedoman dalam hidupnya.
Dalam
rangka upaya peningkatan pendidikan agama Islam anak dengan pembinaan
akhlak di Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Kautsar, maka TPQ mempunyai
cara-cara khusus untuk menanamkan sifat-sifat yang terkandung dalam
akhlak tersebut, yaitu:
- Membekali akal pikiran anak dengan ilmu pengetahuan
Salah
satu pembinaan akhlak yang dilakukan di TPQ adalah memberikan bekal
ilmu pengetahuan untuk mengisi akal pikiran anak (santri). Dengan cara
selain memberikan materi pokok juga memberikan materi tambahan seperti
ilmu tentang ibadah, aqidah, dan akhlak. Hal ini dilakukan agar santri
mempunyai pengetahuan cukup tentang ajaran-ajaran agama Islam yang
berfungsi sebagai bekal amalan sehari-hari.
- Mengupayakan anak (santri) bergaul dengan orang-orang baik
Dalam
pembinaan akhlak anak, TPQ mengupayakan agar sedapat mungkin santri
dapat bergaul dengan orang-orang yang baik. Hal ini terkait dengan sifat
anak yang senang mencontoh lingkungan dan mudah dipengaruhi. Dengan
mengupayakan santri bergaul dengan orang-orang yang baik, diharapkan
mereka mendapatkan pengaruh yang baik dari orang-orang yang baik itu.
- Mendorong anak meninggalkan sifat pemalas
Terkait
dengan sifat pemalas ini, beberapa santri mengiyakan bahwa mereka
terkadang malas untuk mengikuti TPQ. Rasa malas ini biasanya timbul
karena anak merasa lelah setelah mereka beraktifitas seharian. Wujud
kemalasan itu misalnya tidak mengerjakan PR. Untuk menghadapi sifat
malas ini, TPQ memberikan sanksi bagi siapa saja yang melanggar
peraturan TPQ.
No comments:
Post a Comment