maka dari itu baiklah..
memang hanya kau yang menitikkan rindu
rindu yang dibalut rintihan nafas yang tak kunjung penuh
rindu yang dibias tarian-tarian lemak sapi
ya.. kau memang hangat kala itu,
aliran darahmu mengalir pelan disamping kiri telinga ku
saat kau bilang, pelan-pelan sayang..
dan mampuslah kau,
minggu datang, kita tersentak
dan bingung mencari jalan pulang..
hingga pada akhirnya, kau kurebahkan di emperan toko..
di hujan yang cerah...
di Padang
 
 
No comments:
Post a Comment