Wednesday, June 4, 2014

Puisi Untuk Kekasih


oleh: Maulidan Rahman

Aku di sini, di dekat laut. Ikan-ikan kecil dan gemericik ombak ada di depan. Bola lampu ratusan watt tepat di atas kepala. Betul adanya, hari memang sudah malam, makanya lampu hidup dan pukul 21:30 wib. Di tangan kiri ada rokok dan jam tangan, di tangan kanan ada pena. Aku menulis. Sebuah puisi yang rencananya aku kirim lewat sms, untuk kekasihku yang jauh dan beda provinsi. "Kata orang dulu-dulu, laut adalah ruang paling asyik untuk menulis, kau akan dibuai ombak, dan angin-angin sejuk." Aku kemudian menulis, Bismillah.

Rupanya benar, fikiranku terbang. Tapi, aku bingung bagaimana melautkan kekasihku dalam lembaran puisi. Batangan rokok ke-2 aku bakar, diam sejenak. Memicingkan mata, menghirup bau-bau laut. Ketika aku membuka mata, kagetlah aku sumpah. Bebatuan, langit hitam, pesawat yang kebetulan lewat di langit, bunyian motor sepasang kekasih yang sedang pacaran, semuanya menjadi kekasihku.

"aku mencintaimu, ketika selain kamu berubah menjadi kamu, ikan-ikan sepertinya setuju; mereka mendekat
ketika aku meneriakkan namamu pelan di laut, ombak juga mendekat. Mungkin karena ia cemburu, karena aku hanya mencintaimu."

Sip, bait pertama kelar, tepat ketika rokok di tangan kiri tinggal beberapa hisapan lagi. Handphone berbunyi, rupanya itu sms dari kekasihku yang jauh, dan beda provinsi,
"Ndak dibeles" sms Dia
"Tetap tenang sayang, mungkin operator sedang cemburu dengan kita" jawabku

Meski beda provinsi, sms-an dengannya di dekat laut seperti ini terasa begitu mengasyikkan. Oh, iya. Puisi tadi judulnya "I Love You". Meski hanya sebait, tapi bagiku itu cukup keren. Bait puisi yang belum selesai itu kiranya adalah satu-satunya alasan kenapa aku juga harus mencintainya esok hari.

Padang, 25 Mei 2014

No comments:

Post a Comment