LARON LARON
Kegelapan
yang ku bawa telah membaca cahaya
Menembus
kelembaban bilik mata
Sayapku
terbentuk setelah kau kabarkan
Tentang
sebuah rahasia keabadian
Mestikah
kegelapan ku tinggal
Dengan
sunyi mengalunkan syair
Tentang
pohon cahaya dan buah keabadian
Bertumbuh
pada tanah kutukan?
Tapi
sayap ini farji
Menerbangkan
birahi dari bilik lembab
Aku
mau lewati pintu kegelapan
Kau
meriuh menekan sunyi
Aku
terbang mencari rahasia tersembunyi.
Pohon
cahaya dimanakah engkau?
Aku silau telah masuki wilayah rahasia.
Buah keabadian apakah aku telah merenggutnya?
Tubuhku berkejang panas,
Sayap-sayap berlepas.
Aku silau telah masuki wilayah rahasia.
Buah keabadian apakah aku telah merenggutnya?
Tubuhku berkejang panas,
Sayap-sayap berlepas.
Jatuh.
Aku jatuh…
Pada telaga bening demikian aku melihatmu
Menjaga pohon cahaya. Sebentar lagi dan sebentar lagi
Terjatuh buah keabadian dalam telaga bening
Dan aku akan mati dalam rimbunan dedaunan
Pada telaga bening demikian aku melihatmu
Menjaga pohon cahaya. Sebentar lagi dan sebentar lagi
Terjatuh buah keabadian dalam telaga bening
Dan aku akan mati dalam rimbunan dedaunan
Bekasi.
2009-2014
KARENA SINTA BUKANLAH ENGKAU
Karena
sinta bukan engkau
meski sepasukan raksasa telah menjemput
dan penjarakan engkau di seberang pulau.
meski sepasukan raksasa telah menjemput
dan penjarakan engkau di seberang pulau.
Engkau
hilang tapi mestikah aku menjadi pecundang
di pinggir pantai. Mendengar jeritmu dari bisik angin malam
bahwa engkau berlari dari kejaran hasrat rahwana
dan kembali hening bila pagi muntahkan panah langit
merajam kepala mereka. Dia tertidur sebentar.
di pinggir pantai. Mendengar jeritmu dari bisik angin malam
bahwa engkau berlari dari kejaran hasrat rahwana
dan kembali hening bila pagi muntahkan panah langit
merajam kepala mereka. Dia tertidur sebentar.
Oh
Anoman gerakkan rinduku padanya yang duduk
kesepian dihalaman istana. Oh dia tidak lagi berkaca
biarkan tergores kuku tajam raksasa yang nyasar
sekejab kera-kera berdatangan
bagai petir sambar ketenangan,
berlompat-lompat menmpuk sepi tanam
Rahwana murka, Rahwan terbakar,
taman-taman hancur, istana terendam batu
beribu raksasa buta mata tersambit
mereka merangka, sembunyi pada rimbunan
menjadi ular yang menyesali kekalahn
kesepian dihalaman istana. Oh dia tidak lagi berkaca
biarkan tergores kuku tajam raksasa yang nyasar
sekejab kera-kera berdatangan
bagai petir sambar ketenangan,
berlompat-lompat menmpuk sepi tanam
Rahwana murka, Rahwan terbakar,
taman-taman hancur, istana terendam batu
beribu raksasa buta mata tersambit
mereka merangka, sembunyi pada rimbunan
menjadi ular yang menyesali kekalahn
Lalu
Rahwana melingkari engkau, belitkan amarah
menelan kesucian yang terjaga di mahkota,
engkau lelehkan darah. Engkau terdiam
saat tahu tak bermahkota lagi. Tapi bangau-bangau
mematuk muka rahwana dan bersarang di kepalanya
menelan kesucian yang terjaga di mahkota,
engkau lelehkan darah. Engkau terdiam
saat tahu tak bermahkota lagi. Tapi bangau-bangau
mematuk muka rahwana dan bersarang di kepalanya
Jika
sinta bukalah engkau
kesucian sinta bukan kesucianmu
barangkali serupa bakau di tepi laut
menyimpan rahasia sinta sepanjang
bibir laut meski suaraku kicaukan sakitmu
tertancap taringahwana yang tak mau mati
kesucian sinta bukan kesucianmu
barangkali serupa bakau di tepi laut
menyimpan rahasia sinta sepanjang
bibir laut meski suaraku kicaukan sakitmu
tertancap taringahwana yang tak mau mati
Bekasi.
08 maret 2014
ABORTUS
Sebelum
langit panggil namanya,
baiknya cuci dulu tali pusar dalam kali
lalu hanyutlah di aliran. Kelak bertemu
samudera. Dia akan melompat-lompat seperti
awan bermain di luas langit
baiknya cuci dulu tali pusar dalam kali
lalu hanyutlah di aliran. Kelak bertemu
samudera. Dia akan melompat-lompat seperti
awan bermain di luas langit
Tak
ada sakit bagi bayi meski ibu
tumpahkan jamu pait di jalan nasib,
lalu memotong panjang tali pusar,
tak bebekas. Seperti biasa mengalirlah
tetes-tetes darah kotori halaman surge
tumpahkan jamu pait di jalan nasib,
lalu memotong panjang tali pusar,
tak bebekas. Seperti biasa mengalirlah
tetes-tetes darah kotori halaman surge
Surga
bukan harapan tangis bayi
tangan-tangan kecilnya menjangkau
kaki sang dewi yang gentayangan
di atas samudera. Bayi tu rindukan awan
disana akan bermain-main tanpa dengar
omel tetangga tentang kehadirannya
tangan-tangan kecilnya menjangkau
kaki sang dewi yang gentayangan
di atas samudera. Bayi tu rindukan awan
disana akan bermain-main tanpa dengar
omel tetangga tentang kehadirannya
Sekali
waktu aka menangs, dan air mata
melelh menjadi gerimis di atas gundukan tanah
lalu diam sendirinya bila sang dewi dating
melelh menjadi gerimis di atas gundukan tanah
lalu diam sendirinya bila sang dewi dating
Sedemkian
lama bayi merasakan kematian
jika bukan nasib, bukan salah yang lahirkan
rupanya sang dewi kesepian di tinggi langit
bila dia kesepian maminta awan sediakan bayi
buat teman tidur
jika bukan nasib, bukan salah yang lahirkan
rupanya sang dewi kesepian di tinggi langit
bila dia kesepian maminta awan sediakan bayi
buat teman tidur
Bekasi.
07 maret 2014
No comments:
Post a Comment