Tuesday, October 21, 2014

Puisi-puisi Fitrah Anugerah



LARON LARON

Kegelapan yang ku bawa telah membaca cahaya
Menembus kelembaban bilik mata
Sayapku terbentuk setelah kau kabarkan
Tentang sebuah rahasia keabadian

Mestikah kegelapan ku tinggal
Dengan sunyi mengalunkan syair
Tentang pohon cahaya dan buah keabadian
Bertumbuh pada tanah kutukan?

Tapi sayap ini farji
Menerbangkan birahi dari bilik lembab
Aku mau lewati pintu kegelapan
Kau meriuh menekan sunyi
Aku terbang mencari rahasia tersembunyi.

Pohon cahaya dimanakah engkau?
Aku silau telah masuki wilayah rahasia.
Buah keabadian apakah aku telah merenggutnya?
Tubuhku berkejang panas,
Sayap-sayap berlepas.

Jatuh. Aku jatuh…
Pada telaga bening demikian aku melihatmu
Menjaga pohon cahaya. Sebentar lagi dan sebentar lagi
Terjatuh buah keabadian dalam telaga bening
Dan aku akan mati dalam rimbunan dedaunan

Bekasi. 2009-2014


KARENA SINTA BUKANLAH ENGKAU

Karena sinta bukan engkau
meski sepasukan raksasa telah menjemput
dan penjarakan engkau di seberang pulau.

Engkau hilang tapi mestikah aku menjadi pecundang
di pinggir pantai. Mendengar jeritmu dari bisik angin malam
bahwa engkau berlari dari kejaran hasrat rahwana
dan kembali hening bila pagi muntahkan panah langit
merajam kepala mereka. Dia tertidur sebentar.

Oh Anoman gerakkan rinduku padanya yang duduk
kesepian dihalaman istana. Oh dia tidak lagi berkaca
biarkan tergores kuku tajam raksasa yang nyasar

sekejab kera-kera berdatangan
bagai petir sambar ketenangan,
berlompat-lompat menmpuk sepi tanam
Rahwana murka, Rahwan terbakar,
taman-taman hancur, istana terendam batu
beribu raksasa buta mata tersambit
mereka merangka, sembunyi pada rimbunan
menjadi ular yang menyesali kekalahn

Lalu Rahwana melingkari engkau, belitkan amarah
menelan kesucian yang terjaga di mahkota,
engkau lelehkan darah. Engkau terdiam
saat tahu tak bermahkota lagi. Tapi bangau-bangau
mematuk muka rahwana dan bersarang di kepalanya

Jika sinta bukalah engkau
kesucian sinta bukan kesucianmu
barangkali serupa bakau di tepi laut
menyimpan rahasia sinta sepanjang
bibir laut meski suaraku kicaukan sakitmu
tertancap taringahwana yang tak mau mati

Bekasi. 08 maret 2014


ABORTUS

Sebelum langit panggil namanya,
baiknya cuci dulu tali pusar dalam kali
lalu hanyutlah di aliran. Kelak bertemu
samudera. Dia akan melompat-lompat seperti
awan bermain di luas langit

Tak ada sakit bagi bayi meski ibu
tumpahkan jamu pait di jalan nasib,
lalu memotong panjang tali pusar,
tak bebekas. Seperti biasa mengalirlah
tetes-tetes darah kotori halaman surge

Surga bukan harapan tangis bayi
tangan-tangan kecilnya menjangkau
kaki sang dewi yang  gentayangan
di atas samudera. Bayi tu rindukan awan
disana akan bermain-main tanpa dengar
omel tetangga tentang kehadirannya

Sekali waktu aka menangs, dan air mata
melelh menjadi gerimis di atas gundukan tanah
lalu diam sendirinya bila sang dewi dating

Sedemkian lama bayi merasakan kematian
jika bukan nasib, bukan salah yang lahirkan
rupanya sang dewi kesepian di tinggi langit
bila dia kesepian maminta awan sediakan bayi
buat teman tidur

Bekasi. 07 maret 2014

No comments:

Post a Comment