Tuesday, October 21, 2014

Puisi-puisi Wahyu Amuk



1001 Mimpi

Sepoi-sepoi mimpi ini nyata!
Petik melodi sesuka hati, biar angin berhembus terus berirama
Satu dari seribu lebih bernyawa, bila saja kau mampu berbeda
Tanamkan dalam-dalam, dalam dada.

Bila saja kau mampu jadikan alam itu guru
Belajar! Hentakkan kaki pada bumi, sambut desis angin malam purnama
Nyawa itu roda, tanpa jari-jari, ibarat urat hilang nadi. Mati!

1001 cara memulai menuai sebelum menyemai.
Lukislah mimpi dalam bentangan sejadah
Dalam malam berkabut basah, taburkan rindu pada-Nya
Uraikan titah pada Sang Pemurah.

Seribu dari satu bunga menganga tanpa penyangga
Bisa saja. Yang dihitung bukan pada jumlah, bukan tangkai.
Ya, tentu ini bukan pula cinta semusim sunyi
Tapi, bagaimana ia berdiri.

Hei! Apalagi yang kau tunggu?
1001 penulis rindu, hanya satu berkata cinta
Bebaslah! Tebas belenggumu dalam baying-bayang semu.
Ingat! Ada 1001 kanvas perlu kau ukir,
begitu juga aku.

Air Tawar, Oktober 2013


Si Piring Tari

Ah, aku rindu ia. Kemana gerangan ia sembunyi?
Bahkan, sudut bumi, sana-sini sudah kucari,
Mungkin saja ia hilang dalam kerumunan diskotik
Aku rindu ia kembali.

Jangan bilang aku gila, ini aku peduli pada negeri!
Misteri ini harus diuraikan, dan tanyakan pada langit.

Kau lupa? Ini risalah tentang warisan bumi.
Ah, edan! Kemana si piring, siapa penari?
Bukankah dulu ia sering dirindu?
Aku lupa!

Kini ia tiada, jika ingin tahu, bisa kau baca,
Ada sajak pada layar kaca, sekedarnya.
Bila selesai, banyak makna yang perlu aku urai,
Mungkin ada pesan untukmu, percuma juga bila tak nyata.

Si piring tari, aku tahu ada isyarat dalam tubuhmu,
Auramu dulu hidup dalam tangan manusia, dalam ridha-Nya
Lenggokmu berirama setiap cincin didentingkan,
tapi kini engkau semakin retak, esok mungkin pecah.

Musik bertalu. Membiarkan kau hidup dalam kulit-kulit angin,
Kadang, menangis dalam dendang yang dinyanyikan.

Wahai si piring tari, kemana hendak kau kucari?
Ada aroma rinduku untukmu, rindu generasi.
Aku ngin kau kembali,
Sampai nanti.

Air Tawar, Oktober 2013



Koran Singgalang, 5 Oktober 2014

No comments:

Post a Comment